Search

Blogspedia Group, Cara Saya Merdeka Berkarya!

merdeka berkarya bersama blogspedia

Merdeka berkarya? Sejujurnya kening saya langsung berkerut ketika pengumuman lomba konten kreatif disampaikan oleh tim Ibu Profesional Semarang. Hmm, apa saya sudah mencapai titik tersebut? Bisa berkarya secara merdeka?

Sahabat Bunda, tahu nggak sih kalau sedang berkumpul dalam komunitas yang isinya bunda-bunda tuh, saya sering keder. La gimana, kalau disandingkan dengan sesama bunda nih, saya pasti numero uno soal mager dan rebahan.

Cuci piring kalau sudah kadung numpuk, duh… kudu nunggu mood  berabad-abad lamanya dulu, baru terpegang. Masak? Apalagi! Di ingatan saya cuma hafal bumbu bikin sop, bayam, dan bobor. Selebihnya kalau ada yang matang dan siap santap, saya bakal pilih yang itu, wkwk.

Kadang tuh saya bertanya-tanya sendiri, sebenarnya saya ini perempuan beneran atau perempuan jadi-jadian. Eits, emangnya Lucinta Luna, hehe. Ya, gitu deh, saya akui sungguh unik diri ini.

Saat yang lain jago masak, saya jago makan. Saat yang lain demen merawat bunga-bunga dan tanaman hijau, saya bahkan nggak ngerti nama-namanya. Saat yang lain kreatif nemenin anak-anaknya main, bebikinan ini itu, saya cukup puas nemenin anak-anak main balok dan lego.

Rasa-rasanya nggak ada yang bisa dibanggain dari diri saya sebagai seorang perempuan tulen, wkwkwk. Bahkan saat pandemi banyak yang memulai hobi baru, hobi saya mah di sini-sini aja.

Beda Individu, Beda Peran dan Beda Cara Berkaryanya

Hingga tahun lalu pandemi mulai menghampiri. Seluruh kegiatan offline lumpuh. Semua dialihkan dalam bentuk online. Mau nggak mau semua orang bergegas melek digital.

Saya yang sebelum pandemi sudah cukup dekat dengan dunia digital, semakin lengket dengan duo gawai saya; HP dan laptop. Apalagi ketika kelas-kelas online mulai digelar. Gratis lagi! Nggak mungkin kan dilewatkan begitu saja?

Saya mengikuti beberapa kelas blogging level advance secara online. Sekaligus di waktu yang sama mengikuti kegiatan demi kegiatan yang diselenggarakan oleh Ibu Profesional. Kebetulan tahun lalu saya masih aktif bertugas sebagai Manajer Media Komunikasi Institut Ibu Profesional.

Bergabung dengan mbak-mbak hebat di ‘kantor pusat’, membuat saya terinspirasi sekaligus sesekali  terseok-seok. “Jalannya mereka cepat sekali”. Setiap hari selalu saja ada ide-ide baru. Amaziiingg. Meski rada ngos-ngosan, saya mencoba mengikutinya.

Hal paling membahagiakan saat itu, saya mendapat pelatihan live streaming langsung dari bu Septi Peni. Duh, antara deg-degan, sekaligus excited. Tugasnya saat itu adalah membuat live streaming, boleh di Instagram atau di Facebook. Bebas.

Saya kebingungan, mau ngomongin apa. Meski boleh hanya 15 menit, tapi kalau nggak disiapkan kan yo bingung juga. Akhirnya setelah membuat survey kecil-kecilan di Instagram dan Facebook. Banyak teman di dunia maya yang meminta saya untuk sharing tentang blogging.

belajar live streaming

Baiklah, nampaknya embel-embel blogger sudah menempel di diri saya. Alhamdulillah. Setidaknya diingat yang baik-baik kan ya?

Berkat pelatihan tersebut, saya sempat rutin menggelar live streaming bertajuk “NgoSyik: Ngobrol Asyik”. Durasi awal hanya 15 menit, tetapi di NgoSyik Seri 3 dan 4 berkembang hingga 1 jam. Bahkan saya mulai berani mengundang bintang tamu. Ternyata asyik juga lo ngobrol live. Setidaknya cita-cita jadi penyiar zaman masih sekolah bisa kesampaian, hehe.

Namun karena terbentur puasa (kalau nggak salah), saya menghentikan NgoSyik. Lalu sampai sekarang belum dimulai lagi, wkwk. Padahal ada beberapa yang japri dan menanyakan kenapa acara tersebut nggak diteruskan. Hmm, kalau diterusin lagi, Sahabat Bunda mau ikutan nyimak nggak?

Gara-gara pelatihan streaming itu, saya juga mulai semangat bikin video dan update YouTube. Dari yang awalnya belibet dan grogi abis, sampai jadi ketagihan bikin video. Hingga akhirnya produksi video harus saya kurangi karena kesibukan lain. Juga karena HP dan laptop mulai ngos-ngosan dipakai rendering video, wkwk.

Pelatihan live streaming itu berdampak besar pada diri saya. Baru sadar aja kalau ternyata banyak yang sudah mengenal saja sebagai seorang blogger. Padahal mah, saya juga masih belajar. Seperti yang saya ceritakan di awal, selain kesibukan di IIP, saya juga mengikuti beberapa kelas blogging.

Saya merasa sangat bersyukur bisa mendapat ilmu blogging dari guru-guru yang luar biasa. Yang lebih istimewa, guru-guru ini tidak meminta bayaran sedikit pun. Semua ilmunya dibagi secara gratis.

Dari pengalaman mengikuti kelas blogging tersebut, saya juga menemui banyak blogger pemula yang terjun tanpa ada basic kuat sebelumnya. Sehingga ketika mengikuti kelas-kelas advance tersebut sedikit terseok-seok.

Saat itu, seakan ada AHA besar di kepala. Kenapa nggak bikin coaching ngeblog untuk newbie aja ya? Jadi teman-teman yang pengen ngeblog dari nol bisa dapat pendampingan, sehingga kalau nanti pengen melebarkan sayap menuju professional blogger, lalu ikut kelas-kelas advance, mereka nggak bingung lagi mengikuti materi dan obrolannya.

Hmm, tapi dikasih nama apa ya pelatihan ala-ala ini? Lalu terbersitlah kata BLOGSPEDIA.

Awal Mula Blogspedia

Blogspedia bukanlah nama baru buat saya. Nama ini saya sematkan pada salah satu blog yang saya buat khusus untuk mendokumentasikan tutorial dan tips blogging yang pernah saya praktekkan. Banyak teman yang kadang tanya bagaimana caranya buat blog, atau tips-tips blogging lain. Daripada saya jawab berkali-kali untuk pertanyaan yang sama. Saya buatkan saja blog khusus. Jadi nanti kalau ada yang tanya hal sama, tinggal dikasih link saja, hehe.

Nama awal blog tersebut pun juga bukan Blogspedia, tetapi Yuk Ngeblog. Hingga suatu hari seorang teman berkata, blog tersebut sudah kek Ensiklopedia Blog aja. Segala hal tentang blogging for newbie ada semua di situ. Lalu meluncurlah kata Blogpedia dari jemarinya.

Saya langsung kepincut dengan nama tersebut. Buru-buru cari Top Level Domain (TLD) untuk menghakmilik. Ternyata Blogpedia.com sudah dimiliki orang lain. Begitupula Blogspedia.com. Akhirnya dengan berat hati saya menggunakan blogspedia.my.id sebagai domain blog tersebut. Eh, ternyata lucu juga dan membawa rezeki tersendiri.

mengenal blogspedia

Dari situlah, blog coaching for newbie saya beri nama Blogspedia Coaching. Sekalian membangun branding buat Blogspedia. Sebenarnya saya nggak menarget akan ada banyak peserta yang tertarik. Namun siapa sangka pendaftar batch #1 yang berlangsung tahun lalu menembus angka 50. Tahun ini saat saya buka batch #2, sengaja saya nggak buka di media sosial, itu pun jumlah pendaftar mencapai 30an.

Coaching ini tidak dikenai biaya sama sekali. Hanya saja peserta harus menyiapkan uang untuk membeli Top Level Domain buat blognya masing-masing. Bukan dibayarkan ke saya, tapi dibayarkan ke penyedia domain.

Kenapa gratis? Karena saya merasa mendapatkan ilmu blogging sebagian besar juga dari pelatihan gratis. Masa ya saya yang nggak bikin materi baru, hanya meneruskan materi yang pernah saya dapat dari coach-coach saya sebelumnya, harus memungut biaya?

Alasan berikutnya karena pelatihan ini sebagai bentuk syukur karena saya bisa belajar ngeblog dari orang-orang hebat dengan gratis. Karena sudah mendapatkan ilmu, maka saatnya harus membagikan. Biar bak buk kalau kata orang Jawa.

Setelah bertumbuh karena belajar, maka kita harus berdampak dengan cara mengajarkan.

Blogspedia Kini, Cara Saya Merdeka Berkarya

Saat ini Blogspedia makin membesar, alhamdulillah. Semua nggak lepas dari dukungan The Cupuers. Begitu saya memanggil teman-teman peserta dan alumni blog coaching. Kenapa harus cupu? Karena menurut saya, kita harus punya jiwa cupu sepanjang hidup.

Namun cupu bukan berarti harus minder, cupu artinya merasa belum cukup ilmu. Maka artinya harus terus belajar. Terus merasa cupu, agar terus punya semangat belajar. Toh, nyatanya semakin banyak yang kita pelajari, semakin banyak hal pula yang belum kita ketahui. Selalu ada saja yang harus dipelajari lagi dan lagi.

blogspedia now

Dalam perkembangannya Blogspedia kini saya besarkan sebagai brand bisnis. Saya menyebutnya dengan Blogspedia Group. Di bawah bendera Blogspedia, ada beberapa lini:

  • Blogspedia Coaching, pelatihan blog gratis untuk pemula
  • Jasa Konten dan Permak Blog, sebenarnya bisnis ini sudah saya kembangkan jauh sebelum Blogspedia lahir. Namun daripada pegang banyak brand, saya satukan saja dalam satu wadah.
    Komunitas Bloger Pemula The Cupuers, para alumni dari Blogspedia Coaching saya satukan dalam satu WAG sebagai tempat berkomunikasi dan bertukar pikiran. Juga update ilmu-ilmu blog lainnya.
  • Tim Penulis Konten, karena saya nggak bisa lagi menangani job dengan tangan sendiri. Saya merekrut beberapa teman yang kualitas tulisannya oke sebagai tim. Meski saat ini masih merintis, semoga ke depannya bisa membuka lebih banyak lagi lapangan  pekerjaan bagi yang membutuhkan.
  • Wadah untuk Blog-blog yang saya dan suami kelola, antara lain maritaningtyas.com, rumah-kita.my.id, entertainesia.com, martinsetiawan.com, kuncikomputer.com, dan tentu saja blog ini, salambunda,com. Ya, itung-itung latihan jadi agency. Siapa tahu nantinya bisa menaungi lebih banyak blog, termasuk blog-blog The Cupuers.

Blogspedia Nanti

Ke depan saya ingin Blogspedia Group bisa membawa kebermanfaatan dan kemaslahatan untuk keluarga dan lingkungan sekitar. Syukur-syukur bisa menjadi tonggak media baru di Indonesia. Media yang bisa mengabarkan berita-berita baik dan bukan hoax ke seluruh masyarakat.

Namun yang terpenting pengen membangun Blogspedia menjadi lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan. Doakan saya ya sahabat, semoga mimpi-mimpi ini bisa terwujud.

Anyway, saya baru menyadari bahwa memang kita nggak bisa menyamakan diri dengan orang lain. Setiap orang memiliki perannya masing-masing. Saya yang mungkin nggak jago memasak dan urusan domestik lainnya, diberi kemampuan untuk bisa mengelola blog dan mentransfer informasi terkait blogging ke orang lain.

semua bisa merdeka berkarya

Meski terlihat remeh buat orang lain, tetapi buat saya ini sebuah prestasi. Saya jadi ingat beberapa waktu lalu, saat baru saja selesai isolasi mandiri. Ada salah seorang yang japri dan minta dikirimi link cara membuat blog.

Ternyata dia harus isoman, karena gabut dan nggak tahu harus ngapain selama isoman. Akhirnya dia berencana untuk membuat blog dan menuliskan jurnal isoman. Seusai kelar isoman, saya tanyai apakah blognya sudah jadi. Dia jawab, “Sudah. Ngeblog membantu banget untuk releasing stress selama isoman.”

Aah, kalimat sederhana itu saja sudah mampu melecut saya untuk terus berbagi kepada siapapun yang membutuhkan. Terbukti juga kan, bahwa pandemi bukan penghalang untuk berkarya? Jadi, adakah Sahabat Bunda yang mau belajar ngeblog? Sini, mendekat! Akhir kata, salam merdeka berkarya!

Merdeka berkarya adalah saat kita mampu melawan kemalasan dan segala alasan yang muncul di dalam diri. Tidak perlu membandingkan bentuk karya dengan orang lain. Yakinlah setiap dari kita punya jalan berkarya masing-masing.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*