Search

5 Cara Saya Merdeka di Tengah Pandemi, Ada yang Satu Server?

merdeka di tengah pandemi

Di bulan Agustus tahun ini, negeri tercinta memasuki usia ke-76. Kalau diibaratkan orang tua, udah kakek nenek ya? Selain usianya yang sudah masuk ke usia renta, dalam angka manusia ya… negeri ini juga masih belum selesai dengan lilitan pandemi. Dan kata-kata merdeka yang selalu digaungkan tiap Agustus datang, terasa memudar maknanya. Bagaimana kita bisa merdeka di tengah pandemi?

5 Bentuk Merdeka di Tengah Pandemi ala Salam Bunda

Nggak bisa dipungkiri kondisi saat ini memang rentan stress ya. Meski sudah memasuki tahun kedua, tetap saja belum terbiasa dengan penyekatan ini dan itu. Namun apakah kita harus menyerah kalah? No, no, no.  Kita juga bisa kok memilih untuk merdeka dari segala ‘jajahan’ yang muncul selama masa pandemi.

Memang apa saja sih yang bisa menjajah di masa ini? Tentu saja rasa malas yang kian meningkat dari sebelumnya. Bayangkan kalau dulu pagi-pagi sekali harus sudah menyiapkan sarapan untuk anak suami yang berangkat kerja. Di masa pandemi bisa agak woles karena anak suami beraktivitas dari rumah.

Belum lagi nggak ada tuh agenda ketemuan dengan arisan A, komunitas B, atau gank C. Semuanya dialihkan secara daring. Mandi nggak mandi juga orang tak tahu, hehe.

Nggak heran kalau masa pandemi ini banyak sekali yang angka timbangan badannya makin nganan. Siapa tim nganan terus? Toosss lah, karena saya juga, wkwk. Lalu seperti apakah merdeka yang bisa diupayakan di masa pandemi?

Hmm, bisa jadi beda orang beda upaya ya. Tapi kalau saya punya 5 cara ini nih, mau tahu?

5 cara merdeka selama pandemi

1. Merdeka Rebahan

Lah, rebahan berarti sama saja dengan malas dong? Ooh belum tentu! Rebahan produktif juga bisa kok. Kenapa saya bilang di masa pandemi bisa lebih merdeka rebahan? Ya, karena waktu bisa kita kelola sendiri.

Tak terpancang lagi dengan jadwal ini dan itu. Kebetulan sekolah anak saya pun tak ada jam daring khusus. Materi belajar dikirim via audio atau video yang bisa disimak kapan saja. Hal ini lebih memudahkan saya untuk mengelola waktu dengan lebih optimal.

Sebelum pandemi rasa-rasanya pagi sampai malam nggak ada waktu buat rebahan. Selalu ada saja yang harus dikerjakan. Namun sejak pandemi, saya jadi bisa sedikit selonjoran. Sambil rebahan bisa makin produktif bisa disambi dengan membaca buku dong.

Senangnya di masa pandemi ini buku-buku yang tadinya masih bersampul plastik, alhamdulillah satu per satu terbuka dan bisa terselesaikan. So, rebahan yang kek gini boleh kan?

2. Merdeka Belajar

Hal yang paling menyenangkan selama masa pandemi adalah makin banyaknya ruang belajar terbuka. Jika dulu harus datang secara offline dan terkadang tempatnya terpusat di kota tertentu, hingga tak memungkinkan untuk saya hadir. Sejak pandemi, ruang-ruang belajar tersebut dialihkan secara daring. Saya jadi bisa mengikuti banyak kelas sesuai minat dan passion. Dari blogging, parenting, inner child healing sampai fotografi, semua bisa diikuti hanya lewat HP atau laptop. Asyiknyaaa…

3. Merdeka Berkarya

Sebagai seorang blogger, tentu saja berkarya dengan menggunakan perangkat digital bukanlah hal baru lagi. Namun di masa pandemi ini, intensitasnya semakin berkali lipat. Jika dulu event-event blogger masih banyak yang diadakan secara offline, kini semua dilakukan dengan cara webinar. Menarik sih, Zoom dan Gmeet yang dulunya hanya dipakai sesekali saat mendesak, kini sudah jadi mainan setiap hari. Sebagai seorang yang introvert, jujurly nih pandemi justru makin membuat saya merdeka berkarya secara optimal.

4. Merdeka dari Hoax

Begitu pandemi merangsek negeri ini, harus diakui banyak sekali bermunculan berita yang nggak jelas asal-usulnya. Entah sudah berapa banyak hoax yang menerpa. Sebagai seseorang yang bekerja di ranah digital, maka salah satu cara merdeka di tengah pandemi terpenting adalah bagaimana membebaskan diri dari lilitan hoax.

Berusaha untuk menjadi orang yang memberi informasi benar saat di sebuah WAG keluarga atau alumni sekolah banyak yang sharing artikel hoax. Termasuk harus tegas keluar dari sebuah WAG ketika penghuninya terus-terusan ngeyel berbagi berita hoax meski sudah diluruskan. Ya, daripada sepet dan bikin emosi jiwa, sesekali saya memilih mundur.

5. Merdeka dari Sambatan

Hal terakhir yang sampai saat ini masih terus saya latih adalah memerdekakan diri dari sambatan. Ya, mengeluh dan mempertanyakan kapan pandemi ini akan berakhir, hanya akan semakin membuat terpuruk. Kalau udah gitu, saya jadi gagal memaknai hikmah apa yang sedang Allah coba transfer lewat kondisi sekarang. Alih-alih mengeluh, saya fokus saja belajar, berkarya dan berbagi hal-hal yang bisa dilakukan. Meski sederhana, meski tak tampak.

Namun sebagai manusia saya hanya ingin mencoba untuk terus bertumbuh dan berdampak. Well, itulah 5 cara saya merdeka di tengah pandemi. Bagaimana dengan Sahabat Bunda?

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*