Search

Menjadi Perempuan Merdeka Lewat Kampung Komunitas Ibu Profesional

Menjadi Perempuan Merdeka Lewat Kampung Komunitas Ibu Profesional

Selamat malam, Sahabat Bunda. Senang sekali rasanya saya bisa kembali menyapa para sahabat melalui postingan tentang Perempuan Merdeka.

Agustus sudah berlalu dua bulan, kok baru sekarang membahas merdeka? Mungkin ada sebagian Sahabat Bunda yang berpikir demikian. Kalau begitu saya kemudian akan balik bertanya, “Memangnya membahas soal merdeka hanya boleh di Bulan Agustus?”

Sebagai informasi, tulisan ini saya susun usai mendengarkan ‘petuah’ dari Ibu Septi Peni Wulandani dalam pembukaan Pasmadisional pada hari Selasa, 24 Oktober 2023 lalu. Rasa-rasanya sudah cukup lama saya tidak ‘berdekatan’ dengan suara Ibu Septi.

Senang sekali bisa kembali disapa dan menyapa beliau. Tentu saja yang lebih membahagiakan adalah ‘mendapat kesejukan di tengah oase’.

Usai seleh dari kepengurusan Institut Ibu Profesional, saya memang tidak banyak mengikuti alur cerita dari komunitas perempuan yang selama ini menjadi kawah candradimuka bagi saya belajar banyak hal, khususnya tentang dunia perempuan dan pengasuhan.

Apalagi setelah saya memulai kelas blogging untuk pemula, saya ujug-ujug berkutat dari ruang kelas blogging yang satu dan lainnya. Tak lagi banyak update tentang kelas-kelas keperempuanan.

Delapan bulan melepas peran sebagai Ibu Rumah Tangga, berganti menjadi ibu kantoran, membawa perubahan besar dalam hidup saya. Beberapa pekan terakhir, pertanyaan terkait pilihan yang saya ambil bertubi-tubi memenuhi kepala.

  • Benarkah keputusan saya kembali bekerja di ranah publik adalah hal yang tepat?
  • Apakah bekerja di luar rumah benar-benar hal yang saya inginkan
  • Kalau saya mundur ketika baru melangkah selama delapan bulan, apa dampaknya?

Di saat oleng itulah, tiba-tiba saya membaca informasi kalau Kampung Komunitas membuka pendaftaran Kampung Main Batch #3 yang diberi tajuk “Pasmadisional”. Singkatan dari Pasar Malam Tradisional.

Namanya aja Kampung Main, di sini kami diajak untuk bermain-main. Eits, tapi main-main di sini berbeda. Main-main di sini selalu sungguh-sungguh. Main-main yang memberikan pencerahan pada jiwa-jiwa yang sering oleng seperti saya, hehe.

Saya merasa informasi yang saya dapat tentang Kampung Main #5 ini memang jawaban Allah SWT. Bagaimana tidak, saya tahu informasi tentang pembukaan Kampung Main #3 tepat di hari terakhir penutupan.

Saya langsung ngepot-ngepot mempersiapkan persyaratannya. Mirisnya, saya hampir saja nggak bisa mengisi form, dikarenakan lupa NIM keanggotaan Ibu Profesional, dan nggak tahu siapa Ketua Kampung Komunitas di Regional Semarang, wilayah saya tinggal.

Pas saya tahu siapa ketuanya, saya merasa semakin kasihan sama diri sendiri. Lah ternyata ketuanya adalah orang yang saya kenal cukup baik, mbak Saraah Megha, yang blognya unyu-unyu gemesin. Maafkan saya ya mbak sist, karena telat mengenalimu sebagai Ketua Kampung Komunitas Regional Semarang.

Saat mengisi form, saya kembali ragu. Takut bilamana saya gagal mengikuti misi yang diberikan pada Kampung Main #5 ini. Dengan waktu yang lebih terbatas, yakinkah saya mampu bisa mengikuti ‘permainan’ ini?

Namun akhirnya keraguan tersebut saya tepis, dan alhamdulillah, di sinilah saya sekarang. Berada di tengah-tengah pengunjung Pasmadisional, memegang karcis dan bersiap untuk mengikuti wahana demi wahanan yang ada.

Wahana pertama diberi nama Ombak Banyu. Pada wahana inilah, saya kembali mendapat kesempatan untuk belajar dengan Ibu Septi. Saya seperti mendapat ‘tamparan sayang’ atas keolengan saya. Mengenai pentingnya menjadi Perempuan Merdeka.

Semua keputusan yang saya ambil, bukankah tidak ada paksaan dari siapapun? Lalu kenapa sekarang saya meragu? Benarkah saya sudah semerdeka itu? Sebenarnya apa saja sih pilar yang membangun sisi merdekanya seorang perempuan?

Inilah yang bisa saya ambil dari wejangan Ibu Septi. Saya rasa Sahabat Bunda pun perlu tahu tentang nasehat yang indah ini.

Perempuan Merdeka adalah Perempuan yang….

Dari yang saya tangkap, tiga unsur yang harus ada dalam diri seorang Perempuan Merdeka adalah 3B, yaitu:

1. Bahagia

Artinya, seorang perempuan harus bahagia dalam menjalani perannya. Untuk bisa bahagia, tentunya kita harus sadar siapakah kita, apa potensi kita, apa kebutuhan diri kita, sehingga kita bisa memutuskan untuk mengambil atau menjalani hal-hal yang sesuai dengan diri kita.

Perempuan yang bahagia adalah perempuan yang memiliki jati diri. Perempuan yang mengenal dengan benar siapa dirinya, apa yang membuatnya berbinar, dan apa yang bisa membuatnya terus berenergi.

Perempuan yang bahagia adalah perempuan yang mensyukuri segala fitrahnya. Dengan rasa syukur itulah, ia bisa melesat dengan pesat. Nah, apakah Sahabat Bunda sudah memiliki unsur B yang ini?

2. Berdaya

Selain bahagia, perempuan merdeka haruslah berdaya. Artinya perempuan yang selalu berani mengambil peluang, punya ruang gerak untuk berkembang. Selalu ingin lebih baik dari yang sudah.

Tak hanya itu perempuan yang berdaya, bukan hanya mampu memerdekakan dirinya, tetapi juga memerdekakan yang lainnya. Tidak memiliki waktu untuk mengeluh, dan selalu mampu menatap masa depan dengan penuh komitmen dan konsistensi.

3. Berdaulat

At last but not least, perempuan merdeka haruslah memiliki kedaulatan atas diri dan hidupnya. Tidak hanya menunggu, tapi mampu menghidupkan sekelilingnya. Cara yang paling sederhana nih, misal kita bergabung dalam sebuah komunitas. Pengennya sih saat di komunitas, ada banyak kegiatan yang bisa meningkatkan skill, tapi ternyata anggotanya super sibuk semua.

Kalau kita berdaulat, seharusnya kita nggak perlu menunggu anggota lain untuk aktif atau memulai. Kitalah yang justru sebaiknya memiliki inisiatif untuk menghidupkan komunitas tersebut. Bersinergi dengan anggota lain, saling hidup dan menghidupi.

Begitu mendengarkan pemaparan Ibu Septi mengenai unsur dari perempuan merdeka ini, saya langsung mendapat AHA Moment. Yang tadinya agak oleng, kini saya mampu kembali membaca ‘peta hidup’ yang sudah saya buat sebelumnya.

Bahagia, berdaya dan berdaulat adalah kuncinya. Kalau saya oleng, artinya 3B tersebut belum saya penuhi. Maka kalau saya nggak mau oleng lagi, 3B-nya harus kembali saya dapatkan dan jalani. Doakan yaaa….

Perempuan Merdeka, Merdeka Berkomunitas

Selain membahas perempuan sebagai individu, bu Septi Peni juga membahas tentang pentingnya perempuan merdeka berkomunitas. Karena lewat komunitas, seorang perempuan bisa menemukan dan menggali potensinya, hingga kemudian berlatih untuk menguatkan potensinya dengan berbagi dan melayani, lalu bersinergi dengan anggota lain agar memberikan dampak yang lebih luas.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana kita tahu bahwa sebuah komunitas memang cocok buat kita?

1. Bahagia

Sama halnya dengan unsur pada Perempuan Merdeka, kita bisa tahu kalau sebuah komunitas cocok buat kita yaitu saat kita bahagia bertumbuh bersama di dalamnya. Kita merasa enjoy dan tidak ada beban.

Menurut saya rasa bahagia ini bisa tumbuh saat kita berada dalam circle orang-orang yang sekufu dengan kita. Memiliki misi yang sama, memiliki keinginan bertumbuh yang sama, memiliki keprihatinan pada sebuah hal yang sama.

Walau dalam perjalanannya nanti bisa saja hal-hal yang sama ini akan bermuara pada hal-hal baru yang berbeda. Namun orang yang sekufu, orang yang sama-sama berenergi, akan saling mengalirkan energi.

Hidup menghidupi, saling bersinergi.

2. Memiliki Harapan

Selain bahagia, memiliki harapan pada sebuah komunitas adalah tanda kecocokan kita pada circle tersebut. Kalau kita nggak cocok, boro-boro kan berharap, mau nengok lebih dalam saja sudah malas duluan kan?

Saya sendiri memiliki harapan bahwa sebuah komunitas selalu mampu mendorong setiap anggotanya menemukan versi terbaik dirinya. Memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berkarya, berbagi ide dan saling berkolaborasi.

3. Berani Menaklukkan Tantangan

Poin ketiga, menurut saya komunitas yang sudah klik di hati kita adalah komunitas yang ketika kita menemukan tantangan di dalamnya, kita nggak akan balik kanan grak, tapi justru kamu bersemangat untuk menemukan jalan keluar, solusi ataupun cara untuk beradaptasi dengan tantangan tersebut. Namun jika tantangan yang ada dalam sebuah komunitas membuat kita balik kanan grak, bisa jadi itu bukanlah ‘rumah’ yang kita cari.

Nah, kalau Sahabat Bunda merasa sudah menjadi Perempuan Merdeka, maka Kampung Komunitas Ibu Profesional adalah salah satu ‘tempat main’ yang bisa semakin memerdekakan dirimu. Karena di sini ada banyak wahana yang akan membuka mata, telinga dan hati hingga kemerdekaan kita tumbuh secara alami dan optimal.

Sementara bagi Sahabat Bunda yang merasa belum punya kemerdekaan dalam diri, Kampung Komunitas juga tempat yang tepat untuk menemukan kemerdekaan tersebut. Jadi, seperti apakah perjalanan saya dalam bertumbuh menjadi Perempuan Merdeka seutuhnya?

Sejujurnya saya pun penasaran, Sahabat Bunda. Tunggu saja ya bagaimana saya berproses menjadi Perempuan Merdeka melalui Pasmadisional. Sudah tak sabar untuk naik ke wahana kedua setelah Ombak Banyu nih, Sahabats. Jadi, izin saya ambil tiket untuk bisa masuk ke wahana berikutnya ya. Nanti kita cerita-cerita lagi-lagi yaaa….***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*