Search

3 Cara Mensyukuri Pandemi, Bagaimana dengan Sahabat?

cara mensyukuri pandemi

Tak bisa dipungkiri hadirnya Covid-19 yang melanda bumi kita memang kondisi yang sangat sulit untuk dihadapi. Namun bukan berarti tak ada cara mensyukuri pandemi. Berbekal dua ayat dari Quran Surat Al Insyirah 5-6, yang bermakna;

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Kita bisa pelan-pelan menata hati dan raga bahwasanya Allah tidak menurunkan semua kesulitan ini tanpa hadirnya solusi.

Pasti ada maksudnya kenapa 2 ayat di QS Al Insyirah tersebut disebut secara berurutan. Hal tersebut memberi penegasan bahwa sesungguhnya di dunia ini tidak ada hal yang benar-benar sulit, karena Allah akan selalu memberikan kemudahan yang menyertainya. Hanya saja kemudahan atau yang bisa kita sebut sebagai solusi itu seringkali tak langsung kita pahami. Bisa jadi kita butuh berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk memaknainya.

3 Cara Mensyukuri Pandemi dengan Formula 3M

Sama dengan sahabat bunda, saya juga mengalami masa sulit di masa pandemi ini. Sebagai seorang pekerja lepas, tawaran pekerjaan tidak sebanyak tahun-tahun lalu sebelum pandemi. Bersyukur saya bukanlah pencari nafkah utama, jadi perekonomian keluarga tidaklah begitu terdampak.

Masih bisa melarisi dagangan teman-teman yang terdampak ekonominya adalah salah satu bentuk kesyukuran saya. Meski mungkin yang saya beli juga tak seberapa. Namun rasanya ikut bahagia melihat teman-teman yang dilarisi juga berbahagia.

Di awal pandemi, tepatnya saat bulan puasa pada tahun 2020, saya sempat ada di titik terendah. Pertama kalinya saya terkena serangan asam lambung akut. Bahkan saya hanya bisa berpuasa setengah bulan saja, karena kondisi tubuh benar-benar tidak memungkinkan berpuasa. Lemes, muntah dan mual menjadi satu.

Tak hanya itu, kondisi mental saya pun jadi drop. Overthinking. Takut ini dan itu yang tak pada tempatnya. Saya butuh waktu cukup lama untuk bisa mengembalikan kesehatan mental pada baik-baik saja.

Bersyukur saya dikelilingi support system yang luar biasa. Tak hanya suami dan anak, tetapi juga sahabat-sahabat dekat yang selalu memberikan dukungan dan cinta kasihnya. Ada yang sampai mengirimi sayur-mayur ke rumah. Memantau bagaimana kesehatan saya tiap harinya. Speechless.

Dari situ saya menyadari bahwa segala kekhawatiran tidak terjadi. Allah mengirimkan banyak orang baik di sekitar saya. Pandemi ini membuka mata bahwa jika kita menghadapinya sendirian, semua kondisi ini memang terlihat sangat berat.

Namun jika kita mau saling mendukung, saling berbagi dan saling berempati, pandemi ini justru cara Allah untuk meningkatkan ukhuwah/ persaudaraan sesama umat manusia. Pelan-pelan saya mulai menemukan cara mensyukuri pandemi. Saya menyebutnya dengan Formula M.

formula 3m syukur

1. Menerima

Untuk bisa berada pada fase syukur, saya harus mampu menggiring diri untuk menerima keadaan. Bahwa memang pada saat pandemi banyak hal yang tak lagi sama. Ada hal-hal yang dulu bisa dilakukan, kini tak mungkin lagi dilakukan. Ada hal-hal baru yang harus  dibiasakan dan dijalani. Ada skills baru yang harus dikuasai.

Saya juga belajar menerima segala gejolak di dada. Kecewa, jengkel, dan bingung yang mampir di hati saya terima dan tampung dengan baik. Tidak perlu saya tolak, pun tidak perlu saya usir pergi. Saya biarkan mereka singgah hingga saya berhasil mengajak bicara diri sendiri, bahwa semua rasa itu normal adanya.

Ketika saya mampu melakukan penerimaan atas semua perasaan tersebut, perlahan justru perasaan positif yang muncul. Perasaan penuh motivasi dan semangat, tak ada lagi kekhawatiran berlebihan.

2. Memaknai

Saat telah mampu berproses menerima semua perbedaan dan perubahan yang ada di masa pandemi, hal selanjutnya yang saya lakukan adalah memaknai peristiwa. Seperti yang saya sampaikan di awal artikel ini, bahwasanya Allah tidak benar-benar menurunkan kesulitan secara tunggal. Sejatinya Allah juga membawa penawar untuk setiap kesulitan tersebut.

Hanya PR-nya kita mau nggak mencari penawarnya. Atau malah memilih berdiam diri dan terus-terusan meratapi kesusahan yang kita jalani. Penawar dan kemudahan akan Allah berikan apabila kita melakukan ikhtiar terbaik.

Bersyukur dari sekolah anak sulung saya, setiap pekan selalu diadakan kajian online yang mampu mencerahkan jiwa. Membuka mata hati dan terus mengingatkan bahwa takdir Allah selalu baik. Tugas kita hanya mengimani hal tersebut. Semakin kita berupaya meningkatkan kepercayaan, semakin banyak hal-hal baik yang bisa terlihat. Sebaliknya semakin kita menggemburkan kekhawatiran dan kemarahan, hanya ada hal-hal buruk yang nampak di mata.

3. Mengisi

Setelah ruhiyah terisi dengan semangat baru, saatnya untuk mengisi hari-hari dengan aktivitas yang bermanfaat. Beberapa aktivitas yang kuikuti tersebut antara lain;

  • Mengikuti Kelas-kelas Online – Bersyukur saat pandemi menyerang, ada banyak komunitas yang menggelar kelas-kelas online. Saya memilih mengikuti beberapa kelas blogging untuk update wawasan. Ada banyak hal baru yang saya pelajari selama satu setengah tahun ini. Membuat saya jadi semakin semangat ngeblog dengan serius. Tak hanya kelas blogging, saya juga mengikuti beberapa kelas parenting online sebagai pengingat agar tetap waras mendampingi anak-anak belajar jarak jauh.
  • Sharing Knowledge dengan Membuat Kelas Gratis – Dipertemukan mentor-mentor blogging luar biasa yang mau berbagi ilmu dan materi berkualitas tanpa memungut bayaran, saya terinspirasi. Dulu kala saya pernah membuat klub belajar blogging. Ada yang online dan offline. Namun saat itu saya belum menemukan sistem yang pas sehingga banyak yang nggak sampai akhir belajarnya. Usai menyelesaikan salah satu kelas blogging, saya menyusun materi belajar blogging dari nol. Alhamdulillah banyak teman-teman yang baru mulai ngeblog merasa terbantu. Saya pun ikut bahagia melihat binar kepuasan di mata mereka. Kini kelas gratis saya telah memasuki batch #2. Dan benar adanya, berbagi membuat kita semakin bahagia.
  • Beternak blog – Karena kini 24 jam di rumah, intensitas saya di depan laptop juga bertambah. Akhirnya memberanikan diri untuk membuat beberapa blog baru. Salah satunya blog ini. Meski saat menambah blog, saya masih pesimis bisa menembus Adsense yang selama ini selalu memberikan surat penolakan. Masya Allah, bulan Mei lalu akhirnya bisa juga nembus Adsense. Bahkan tak berselang lama, blog lainnya juga diterima dengan mulus. Jadi makin semangat untuk membesarkan anak-anak blog saya, hehe.
  • Berjualan Online – Selain semakin menikmati ngeblog, saya juga mulai berjualan online. Sebenarnya ini bukan hal baru bagi saya. Jauh sebelum pandemi saya juga sudah punya lapak buku online. Hanya saja memang tidak saya seriusi. Karena memang niatnya buka lapak tersebut untuk bisa membeli buku untuk anak dengan harga lebih murah. Namun di bulan ini, selain lapak buku online, saya memberanikan diri menjadi reseller produk fashion untuk muslim dan muslimah. Awalnya tak percaya diri, namun alhamdulillah kok banyak yang tertarik. Pelan-pelan saya jadi semangat untuk membangunnya lebih serius. Syukur-syukur jika bisa syiar menutup aurat dan ke depannya bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Aamiin.

Begitulah perjalanan saya menemukan cara mensyukuri pandemi ini, sahabat bunda. Sempat terpuruk di awal, namun alhamdulillah bisa  kembali bangkit dan percaya bahwa Allah tak akan menghujani hamba-hambaNya dengan kesulitan tanpa ujung. Selama mau berikhtiar dan tetap tawakal, insya Allah akan selalu ada solusi. Yuk, tetap semangat. Terus bergandengtangan dan saling mendukung meski hanya lewat online ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*