Search

6 Tips Berkomunikasi dengan Remaja Putri untuk Menghadapi Pubertas

6 Tips Berkomunikasi dengan Remaja Putri untuk Menghadapi Pubertas

Berkomunikasi dengan remaja putri, apalagi di saat-saat mendekati pubertas, bisa menjadi hal yang sangat melelahkan. Masa-masa ini adalah masa-masa yang rawan dan super sensitif. Salah bicara sedikit, remaja putri kita bisa bereaksi di luar perkiraan.

Tentu saja sebagai seorang ibu, Sahabat Bunda jangan langsung reaktif. Kita perlu memahami dulu gejolak hormon yang mulai berubah-ubah dan mengacak-acak emosi mereka. Pada saat anak memasuki usia remaja, kita tak lagi bisa berperan sebagai ibu, tapi juga harus bisa menempatkan diri sebagai seorang teman dan sahabat. Sudah siapkah?

Tetap Tenang Berkomunikasi dengan Remaja Putri Membahas Menstruasi dan Lain-lain

Mbak Anna Surti dalam webinar “Sehat dan Bersih Saat Menstruasi” pada 27 Mei 2021 lalu menjabarkan dengan sangat komplit terkait tips berkomunikasi dengan remaja putri, utamanya tentang persiapan menstruasi. Mau tahu apa saja tips-tipsnya?

tips berkomunikasi tentang menstruasi dengan remaja putri

  1. Bunda, Sumber Terpercaya

Bagi anak-anak, khususnya anak putri, bunda adalah tempat yang diharapkan untuk bisa diajak curhat dan bercerita banyak tentang apa saja. Sayangnya seringkali parabunda malah menutup diri. Apalagi ketika bahasan yang ditanyakan si anak terkait masalah pubertas dan kawan-kawannya. Banyak bunda yang malah mengalihkan pembicaraan.

Kalau sudah seperti ini akhirnya sekat antara remaja dan bundanya malah semakin tinggi. Oleh karenanya, mereka mulai cari tempat buat curhat di luar rumah. Ya, kalau ketemunya orang-orang yang bisa dipercaya, seperti guru atau sahabat sebaya yang bisa saling mendukung.

Kalau ketemunya sama teman-teman sebaya yang malah memberikan pengaruh buruk bagaimana?

Bagaimanapun di usia-usia remaja, ada banyak ilmu yang harus dibekalkan kepada remaja. Bunda adalah sosok yang paling tepat dalam proses transfer ilmu tersebut.

Sayangnya tak sedikit pula para remaja yang meremehkan wawasan bundanya. Oleh karenanya perlu membentuk citra diri di hadapan anak-anak, sebagai sosok yang senantiasa senang belajar, dan bisa membersamai mereka belajar semua hal.

Kalaupun tak bisa menjawab pertanyaan anak, tunjukkan citra bahwasanya bunda adalah sosok yang mau untuk belajar lebih lanjut. Bukan malah acuh atas pertanyaan dan keingintahuan anaknya.

Jika kita sudah bisa menjadi sosok yang dipercaya anak, kita akan menjadi tempat tanya dan tempat curhat paling utama buat anak-anak. Tanpa kita minta, tanpa kita paksa, ia akan bercerita dengan senang hati.

  1. Pahami Bahwa Menstruasi Bukanlah Hal Tabu

Tak sedikit bunda yang masih terkungkung dengan budaya lama bahwa membicarakan menstruasi adalah hal yang tabu. Bahwa menstruasi tidak layak diobrolkan dan nantinya si anak akan tahu dengan sendirinya.

Padahal tak sedikit remaja putri yang merasa kaget, bingung dan malu saat mendapat haid pertama. Sementara mereka belum mendapat bekal sama sekali terkait menstruasi dan printilannya.  Mereka merasa bingung ini darah apa, kenapa ia bisa berdarah, apakah ada yang salah dengan dirinya, apa yang harus mereka lakukan.

Apalagi jika kejadiannya berada di luar rumah, dan ia mendapat ejekan gara-gara kondisinya. Sederhananya, diketawakan teman-teman pria atau disoraki “palang merah”, dsb. Hal ini bisa meruntuhkan kepercayaan diri si anak.

Berbeda ketika remaja putri sudah mendapat info terlebih dahulu terkait pengertian menstruasi, dan bagaimana menghadapinya. Mungkin ia juga akan tetap kaget ketika menarche (haid pertama) datang, namun setidaknya jauh lebih siap dalam bersikap. Ia tak lagi bertanya-tanya tentang hal-hal yang sudah dijelaskan di awal.

Berkomunikasi dengan remaja putri tentang menstruasi jauh sebelum ia mengalaminya akan membuat si anak siap dan menjauhi hubungan seksual sebelum pernikahan. Mereka akan tumbuh sebagai perempuan yang lebih berhati-hati dan sehat secara reproduksi.

  1. Komunikasikan Secara Berulang dan Bertahap

Berkomunikasi tentang masalah menstruasi dan printilannya tak bisa dilakukan secara sekali. Ada banyak hal yang harus diketahui oleh remaja putri, tentu tidak bisa dijelaskan sekali waktu. Saya sendiri sudah mulai sounding soal menstruasi sejak anak perempuan berusia 4 tahun.

Lalu saya ulang lagi ketika ia berumur 7. Kini saat anak saya berumur 9 tahun, ia tak lagi bingung kenapa bundanya ada waktu-waktu tertentu yang tidak sholat. Ia tak lagi kepo dengan yang namanya pembalut.

Tinggal nanti saat tanda-tanda pubertas mulai muncul, saya akan mengajarinya tentang manajemen kebersihan menstruasi (MKM). Terutama tentang cara memasang pembalut dan membersihkannya.

  1. Ciptakan Kondisi Nyaman dan Positif

Seperti yang sudah dituliskan di awal postingan ini, masa-masa remaja sangat rawan baper. Mereka akan cenderung lebih mudah marahtantrum dan reaktif. Oleh karenanya sebagai bunda, kita tak perlu menanggapi dengan emosi.

Justru karena kita pernah remaja, kita harus bisa menempatkan posisi sebagai si anak. Bagaimana masa-masa penuh gejolak itu tiba. Kita harus pintar mengelola emosi dan menciptakan kenyamanan dalam berkomunikasi.

Jika kita reaktif, anak akan cenderung menutup diri untuk bercerita panjang lebar. Namun jika kita mampu menunjukkan bahwa kita memahami posisinya, anak bisa percaya bahwa isi hatinya akan dtanggapi dengan baik.

  1. Perbanyak Ruang Diskusi

Remaja tak suka diceramahi. Aliha-alih memberikan nasehat panjang kali lebar, lebih baik banyak-banyak buka ruang diskusi. Kita bisa memulainya dengan mencari tahu kegiatan yang disukainya, minatnya, artis favoritnya, dan hal-hal yang sedang hype di kalangan remaja.

Memulai pembicaraan dari hal-hal yang disukainya, bisa mencairkan suasana sehingga kita bisa berkomunikasi lebih intens. Ajak anak untuk menonton film atau video pendek yang bisa dijadikan bahan diskusi terkait tema pubertas dan menstruasi.

  1. Berikan Penjelasan Secara Konkrit

Saat tanda-tanda pubertas mulai nampak secara nyata, kita bisa mulai melakukan pembekalan pada remaja putri terkait perubahan tubuhnya. Bukan hanya ngobrol, tapi juga bisa diselipi dengan memberikan wawasan lewat gambar dan video.

Jika anak belum pernah melihat pembalut, kita bisa menunjukkan bermacam-macam pembalut. Ajak anak untuk memilih mana menurutnya pembalut yang nyaman buat dirinya. Juga konsekuensi dari penggunaan pembalut sekali pakai ataupun pembalut kain yang bisa dicuci ulang.

Dari keenam tips di atas apakah bunda sudah pernah menerapkannya di rumah?

Remaja Putra Juga Perlu Tahu Tentang Menstruasi

Membicarakan menstruasi tidak hanya bisa dilakukan dengan remaja putri. Remaja putra pun perlu tahu lo tentang menstruasi. Hal ini agar tumbuh rasa empati di dalam diri remaja putra ketika ada teman atau saudaranya yang mengalami menstruasi.

Sehingga ia tak akan ikut-ikutan ketika ada teman atau saudaranya yang diejek oleh teman sekolah. Dan malah bisa memberikan perlindungan atau menawarkan bantuan.

Remaja putra yang sejak kecil sudah dibiasakan tumbuh empatinya terhadap perempuan, akan bisa tumbuh menjadi pria yang bertanggungjawab.

Menarik bukan materi yang disampaikan oleh mbak Anna Surti? Materi ini hanyalah bagian kecil dari webinar dalam rangka Hari Kebersihan Menstruasi 2021, baca lengkap di postingan “Sehat dan Bersih Saat Menstruasi”.  Semoga bermanfaat, dan selamat berkomunikasi dengan remaja putri untuk persiapkan masa-masa pubertas, bunda!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*